Cita Rasa Tionghoa-Belanda di Pusat Kota Semarang

Sebenarnya jalan-jalan kuliner yang ini saya lakukan pada bulan Agustus 2013. Setelah berkeliling kota Semarang (yang padahal hanya sekeliling Tugu Muda dan sekitarnya), saya mampir ke sebuah restoran, yaitu Toko Oen. Lha katanya restoran, kok namanya "Toko"? Disitulah salah satu khasnya tempat ini. Kalau dari websitenya, Toko Oen ini menyatakan dalam sejarahnya mereka awal mulanya adalah toko kue. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, sekitar tahun 1922 Toko Oen berubah menjadi restoran yang menyediakan tidak hanya kue-kue dan es krim tapi juga kuliner khas Indonesia, Cina dan Belanda. Sehingga terkenal dengan sebutan Colonial Taste of Toko Oen. Toko jadul ini buka setiap hari dari jam 10 pagi hingga jam 10 malam. 





Begitu kita masuk ke dalam restoran ini, mata kita akan disuguhkan oleh satu ruangan yang luas khas era kolonial belanda. Langit-langitnya yang tinggi seakan menghilangkan pengap udara panas dari luar. Dibagian sebelah kanan dari pintu masuk, terdapat etalase dan kumpulan toples-toples besar yang memamerkan aneka kue dan makanan ringan. Sedangkan dibagian sebelah kiri dari pintu masuk, pengunjung dapat melihat koleksi benda-benda antik, meja dan kursi-kursi jadul dimana kursi dan meja yang ada masih digunakan sampai sekarang. Nah disini ini pengunjung dapat memesan dan makan menu-menu yang ditawarkan oleh Toko Oen. Karena saya termasuk manusia jadul, ketika saya mampir di restoran ini saya justru tertarik dengan ornamen dan meja-kursi di tempat ini. Selain itu, toples-toples besar yang memuat makanan ringan dan makanan khas semarang bikin saya ngiler pengen bawa pulang tuh toples.

Setelah saya ternganga dengan suasana didalam restoran, duduklah saya di meja nomor 2 yang letaknya tidak jauh dari kasir. Meskipun ramai pengunjung saat itu, saya tidak perlu waktu lama untuk menikmati menu-menu yang dipesan. Mungkin hanya sekitar lima belas menit saja, mas-mas yang mengenakan pakaian  serba putih dan masih agak-agak berpenampilan jadul juga membawa nampan berisi menu makanan yang siap disantap. Soal harga makanannya, kalau isi dompet sedang cekak, cukup pesan es krimnya saja ya.

Disaat menikmati makanan dan es krim yang tersaji, didalam pikiran saya masih ada rasa kagum pada bentuk bangunan Toko Oen ini. Saya pun jadi ingat pada film-film hongkong yang menceritakan era-era kolonial. Kalau pembaca ada yang pernah nonton film Ip Man atau The Legend Rise, mesti bakal menemukan kemiripan bentuk bangunan di film-film tersebut dengan bangunan Toko Oen ini. Alhasil dari rasa kagum menjadikan saya penasaran dengan toiletnya.

Biasanya kan kalau restoran itu juga menyediakan toilet bagi pengunjungnya. Siapa tau tiba-tiba pengunjungnya merasakan panggilan alam jadi gak perlu khawatir mencari-cari keluar restoran. Heehe. Lha ternyata letak toilet ada di tengah-tengah bangunan restoran. Mungkin jaman dulunya toilet ini adalah bagian belakang dari bangunan. Tapi sekarang letaknya menjadi di tengah-tengah karena ternyata yang sekarang menjadi ruangan bagian belakang dan digunakan sebagai dapur adalah bangunan tambahan. Bentuknya mudah dikenali karena berbeda gaya dengan bangunan diruang utama.

Meja-Kursi Jadoel
Jam Berdiri Berpenampakan Jadul
Chicken Soup
Cash Register Jadul
Semrawut Kabel
Sebelum pulang, saya menyempatkan diri melihat-lihat koleksi peralatan dan barang antik yang letaknya berada didekat pintu. Ada cash register jadul, ada jam dinding dan jam berdiri. Tapi sayangnya begitu keluar dari restoran ini, pemandangannya semrawut yang disebabkan kabel-kabel dan tiang instalasi listrik yang tidak beraturan disana-sini. Jadi, kalau ke Semarang jangan lupa datang ke Toko Oen.

Comments

  1. Awal Mei ini saya ada acara mampir di Semarang. Sebenernya sih mau mampir ke Toko Oen, tapi berhubung parkirannya lumayan repot buat bus besar, jadinya ya gagal mampir deh, hehehe.

    ReplyDelete
  2. artikel nya sangat keren,kunjungi juga http://rifqi009.blogspot.com/

    ReplyDelete

Post a Comment

...