Keliling Jogja Jangan Mau Pakai Jasa 'Guide Keraton'

Jogjakarta, 13 Oktober 2012 - Setelah lelah dan jengah bekerja selama empat hari berturut-turut dari pagi hingga malam, dihari ke lima kami memutuskan untuk berpisah dari rombongan kantor dan menjelajah kota Jogja berdua saja.

Karena tidak ingin lelah sebelum "berpetualang" di spot-spot tujuan wisata, kami sepakat untuk menyewa kendaraan berbahan bakar rumput. Yup! Kami naik andong dari depan hotel Inna Garuda dan membayar sebesar Rp. 25.ooo rupiah untuk rute dari Malioboro hingga Keraton Jogja. Memakan waktu kurang lebih seperempat jam, kami tiba disana sekitar pukul 10 waktu setempat. Karena baru pertama kesana, kami pun sedikit bingung mencari loket untuk membeli tiket masuk. Suasana ketika itu agak ramai.

Naik Andong dari Malioboro
Dengan membayar Rp. 7.ooo untuk tiket masuk, kami pun mulai mem-"browsing" isi keraton. Sebelum berjalan lebih jauh, seorang bapak yang usianya kira-kira 60 tahun dan menurut pengakuan beliau adalah abdi dalem mendekati kami lalu menawarkan jasanya untuk menjadi guide. Meskipun tanpa menyebut angka rupiah untuk jasa guidenya. Kami pun mengikutinya berkeliling keraton. Hanya dalam waktu setengah jam kami dibawa berkeliling sambil dijelaskan mengenai sejarah tempat-tempat yang kami kunjungi didalam keraton. Setelah selesai dan kami tiba didepan pintu keluar, saya pun mengambil dompet dan mengeluarkan uang Rp. 50.ooo untuk membayar uang lelah si bapak guide. Tapi kemudian setelah membayar, tanpa saya duga beliau memanggil seorang tukang becak yang mangkal didepan keraton untuk kemudian menyuruhnya mengantarkan kami ke obyek wisata Taman Sari tanpa kami sempat menawar biaya jasa becaknya.

Dan Kami Pun Tiba di Keraton Jogja
Ini si Bapak Guide Keraton
 Kurang-lebih 10 menit, kami kemudian tiba di Taman Sari. Tapi yang mengherankan kok ya ini tukang becak lewat jalan jalan belakang dan kami mulai merasa ada yang tidak beres. Rupanya tukang becak ini menurunkan kami lewat jalur belakang sehingga guide lain bisa "mendapatkan job". Jadilah kami diserahkan tanpa ditanya lebih dahulu ke seorang kakek yang bertindak sebagai guide di Taman Sari. Padahal sebelum sampai melalui jalur belakang, kami sudah melihat pintu masuk Taman Sari sebelumnya. Tapi ya apa mau dikata. Si tukang becak dan si bapak guide sudah "menjebak" kami supaya menggunakan jasa mereka.

Di Taman Sari dengan Si Kakek Guide
Selama setengah jam kami berkeliling sambil ditemani di kakek guide karena terpaksa, kami pun memutuskan untuk menyelesaikan tour de Jogja kami. Selama berkeliling di Taman Sari, terus terang kami tidak menikmati sama sekali. Bahkan kami merasa risih karena guide yang "dipaksakan". Dan kembali selembar Rp. 50.ooo rupiah pun keluar dari dompet saya.

Selesai berkeliling Taman Sari, kami diantar kembali oleh si kakek guide ke becak yang mengantar kami kesini. Setelah kami naik becak dan mulai berjalan, saya katakan ke si tukang becak untuk kembali ke pasar Beringharjo. Tapi dengan beraninya si tukang becak mengatakan untuk mengantar kami ke museum kereta. Dengan agak dongkol, saya menegaskan kembali kepada si tukang becak untuk mengarahkan becaknya ke pasar Beringharjo. Akhirnya si tukang becak pun "mengalah" dan kami pun tiba di pasar Beringharjo. Selembar Rp.25.ooo harus keluar dari dompet saya untuk jasa si tukang becak.

Saya Tertarik dengan Jejeran Rokok-Rokok Lokal yang Kemasannya Unik di Mirota
Diamput tenan! Lha kok katanya berwisata ke Jogja murah tapi nyatanya kami harus "terjebak" oleh penawaran jasa yang dipaksakan oleh (yang bermula dari) "abdi dalem" keraton. Menghabiskan Rp. 214.ooo hanya untuk wisata keraton dan Taman Sari. Akhirnya kami berdua ngubeg-ubeg seisi Mirota, demi menghilangkan rasa dongkol akibat peristiwa-peristiwa sebelumnya. Maka pesan saya, jangan mau pakai jasa guide keraton kalau berwisata ke keraton Jogja. Tetap semangat jalan-jalan bersama Mas Feb jalan-jalan.

Comments

  1. Ma'af sebelumnya Mas Feb atas ketidak nyamanannya dalam berwista di Jogja, saya mencoba sedikit memberikan masukan saja, saya juga salah satu Abdi Dalem, yang namanya tempat kunjungan wisata dimanapun adanya terkadang memang ada yang memanfaatkan demi untuk mengais rejeki (mungkin menjadi peluang). Yang perlu saya tekankan bahwa untuk kraton setahu saya sudah menyediakan Tour Guide yang memang sudah menjadi tugasnya dan biasanya berseragam batik tidak sebagai abdi dalem. Kalau Mas Feb kebetulan menjumpai, mungkin salah satu dr oknum yang sy katakan di atas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju mas. Mereka adalah oknum. Makanya di akhir paragraf, kata 'abdi dalem' saya berikan tanda kutip ganda yang berarti bukan asli abdi dalem. :)

      Delete
  2. Iya saya juga kecewa,masuk keraton ditawari jasa guide eh cm diajak muter di bagian depan saja,gak masuk ke bagian koleksi barang2.malahan diajak ke lokasi penjualan batik.sedih saya,ke jogja cm sekali saja ketipu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dampak dari tingginya tingkat kunjungan daerah wisata seperti di Yogyakarta (biasanya) menjadi sebab munculnya oknum yg memanfaatkan kesempatan. Teman saya juga ada yg kecele beli nasi rames sampai habis ratusan ribu. Habis dengar cerita dari teman, tiap kali ke Yogyakarta saya lebih memilih makanan yg sudah langganan dan sudah jelas tertera harganya di papan2 menu. :D

      Delete

Post a Comment

...