Tanggal 2 September yang lalu saya menyambangi salah satu stasiun
kereta api besar di Jakarta, Setasiun Pasar Senen. Tujuannya sih ingin
membeli tiket kereta api ekonomi, selain jalan-jalan karena sudah lama
tidak ke sini. Tiba di TKP sekitar pukul tujuh lebih lima belas menit
dan merasa sedikit limbung a.k.a jet-lag gara-gara naik bis metromini yang jalannya ngebut gak karuan.
Sewaktu tiba disana, senangnya bukan main karena saya lihat antrian di gedung loket cuma sedikit. Tapi perasaan saya mengatakan ada yang aneh karena gak biasa-biasanya antri tiket walaupun masih pagi gak antri panjang, apalagi tiket kereta api ekonomi - kereta api sejuta umat. Oaalllaaaah ternyata... Setelah saya cermati lebih lanjut, loket yang saya lihat sewaktu tiba tadi adalah Loket Lintas Utara (terpampang bueeessaaarr!) yang tak lain loket untuk pelayanan pembelian tiket KA kelas bisnis dan eksekutif (Nah! Tulisan pemberitahuan ini kecil, udah gitu tertutup shelter loket. Kalo gak benar-benar mendekat ke loket, gak bakal kelihatan!). Selain melayani untuk kelas bisnis & eksekutif, loket ini juga melayani
penukaran bukti bayar bagi yang membeli secara online maupun pembelian lewat agen-agen penjualan tiket KA. Makanya antriannya masih sepi.
Berbeda dengan Loket Lintas Selatan yang menjual serba ekonomi dan
Jabotabek. Meskipun ada 5 loket yang melayani pembelian tiket KA ekonomi
dengan berbagai jurusan tujuan, tapi tetap saja antrian berjejal tidak
bisa dihindari. Semakin siang antrian semakin bertambah panjang.
Alhasil, saya pun membatalkan rasa senang saya dan mulai ikutan
mengantri mengular hingga kira-kira 25 orang berbanjar kebelakang.
Sambil mengantri, sekalian saya mengisi formulir pembelian tiket. Pikir
saya daripada cuma ngantri yang pastinya bakal berasa menjenuhkan, lebih
baik sekalian mengisinya.
Ada hal-hal seru selama proses saya mengantri tiket. Kira-kira setengah jam saya mengisi dikarenakan situasi darurat, tanpa meja. Setelah selesai mengisi, mulailah waktu-waktu yang menjemukan itu merambat dikepala dan pikiran pertanyaan-pertanyaan parno alias paranoid mulai bertebaran. Kira-kira bakal ngantri sampai jam berapa nih? Masih ada gak ya tiket tanggal segitu? Kalo sampai gak ada tiketnya alternatif tanggal berapa ya? dll. Selama saya mengantri, banyak celotehan dari para calon penumpang yang sedang mengantri. Dari mulai pemberlakuan hanya penumpang yang boleh masuk ke peron hingga pemberlakuan satu tiket untuk satu penumpang. Pokoknya seru dah kalo dengar obrolan mereka.
Selain itu, ada lagi kelakuan sebagian calon penumpang yang bikin senewen calon penumpang lainnya: nyerobot antrian! Ketika hal itu terjadi, seketika itu pula para pengantri bersorak: "Woooy! Ngantri doong paak! Kita dah ngantri dari pagi nih! Situ enak aja nyelak didepan. " Yang lainnya mengamini cemoohan itu. Untungnya gak sampai ada Smackdown on the street. Syukur.. syukur.
Akhirnya saya mendapatkan tiket KA ekonomi meskipun dapat tanggal
keberangkatan "alternatif" setelah hampir tiga setengah jam berdiri
bersama calon penumpang KA ekonomi lainnya. :)
Memanfaatkan momen setelah mendapatkan tiket, saya sempatkan untuk berkeliling sekitar gedung loket. Disekitar pintu masuk peron, baik Pintu Masuk Lintas Utara Maupun Selatan, banyak calon penumpang yang duduk-duduk bahkan ada yang menggelar tikar menunggu waktu keberangkatan KA. Sambil duduk-duduk mereka asyik ngobrol tentang segala macam. Hmm.. Salah satu obrolan yang sepertinya bikin saya merasa de javu adalah obrolan tentang peraturan baru bahwa "peron hanya diperuntukkan bagi calon penumpang yang telah memiliki karcis dan calon penumpang hanya diperbolehkan masuk peron 2 jam sebelum keberangkatan."
Dapat saya mengerti kenapa banyak calon penumpang menumpuk, duduk-duduk
dan tiduran disekitar pintu masuk peron. Tapi namanya juga peraturan,
bagi calon penumpang baiknya ditaati supaya teratur. Dan untuk mencapai
keteraturan butuh kerelaan menyesuaikan peraturan baru menjadi
"kebiasaan" baru. Sebaliknya bagi penyedia layanan sebaiknya juga
menyediakan tempat khusus untuk calon penumpang selama menunggu masuk ke
peron keberangkatan. Mengular, berjejal.. Enjoy aja deh.. Semoga
kedepannya lebih baik lagi. :)
Sewaktu tiba disana, senangnya bukan main karena saya lihat antrian di gedung loket cuma sedikit. Tapi perasaan saya mengatakan ada yang aneh karena gak biasa-biasanya antri tiket walaupun masih pagi gak antri panjang, apalagi tiket kereta api ekonomi - kereta api sejuta umat. Oaalllaaaah ternyata... Setelah saya cermati lebih lanjut, loket yang saya lihat sewaktu tiba tadi adalah Loket Lintas Utara (terpampang bueeessaaarr!) yang tak lain loket untuk pelayanan pembelian tiket KA kelas bisnis dan eksekutif (Nah! Tulisan pemberitahuan ini kecil, udah gitu tertutup shelter loket. Kalo gak benar-benar mendekat ke loket, gak bakal kelihatan!). Selain melayani untuk kelas bisnis & eksekutif, loket ini juga melayani
penukaran bukti bayar bagi yang membeli secara online maupun pembelian lewat agen-agen penjualan tiket KA. Makanya antriannya masih sepi.
Ada hal-hal seru selama proses saya mengantri tiket. Kira-kira setengah jam saya mengisi dikarenakan situasi darurat, tanpa meja. Setelah selesai mengisi, mulailah waktu-waktu yang menjemukan itu merambat dikepala dan pikiran pertanyaan-pertanyaan parno alias paranoid mulai bertebaran. Kira-kira bakal ngantri sampai jam berapa nih? Masih ada gak ya tiket tanggal segitu? Kalo sampai gak ada tiketnya alternatif tanggal berapa ya? dll. Selama saya mengantri, banyak celotehan dari para calon penumpang yang sedang mengantri. Dari mulai pemberlakuan hanya penumpang yang boleh masuk ke peron hingga pemberlakuan satu tiket untuk satu penumpang. Pokoknya seru dah kalo dengar obrolan mereka.
Selain itu, ada lagi kelakuan sebagian calon penumpang yang bikin senewen calon penumpang lainnya: nyerobot antrian! Ketika hal itu terjadi, seketika itu pula para pengantri bersorak: "Woooy! Ngantri doong paak! Kita dah ngantri dari pagi nih! Situ enak aja nyelak didepan. " Yang lainnya mengamini cemoohan itu. Untungnya gak sampai ada Smackdown on the street. Syukur.. syukur.
Memanfaatkan momen setelah mendapatkan tiket, saya sempatkan untuk berkeliling sekitar gedung loket. Disekitar pintu masuk peron, baik Pintu Masuk Lintas Utara Maupun Selatan, banyak calon penumpang yang duduk-duduk bahkan ada yang menggelar tikar menunggu waktu keberangkatan KA. Sambil duduk-duduk mereka asyik ngobrol tentang segala macam. Hmm.. Salah satu obrolan yang sepertinya bikin saya merasa de javu adalah obrolan tentang peraturan baru bahwa "peron hanya diperuntukkan bagi calon penumpang yang telah memiliki karcis dan calon penumpang hanya diperbolehkan masuk peron 2 jam sebelum keberangkatan."
Comments
Post a Comment