Ini (Sebagian) Jakarta Bung!!!

Jakarta, apa yang ada dibayangan orang-orang ketika mendengar sebuah nama kota besar di pulau jawa ini? Metropolis, mewah, elit? Sebagian orang (atau jangan-jangan semuanya?) membayangkan Jakarta seperti itu. Metropolis dan kehidupan bergerak cepat di kota ini. Tapi benarkah?

Keramaian sore hari di Jakarta

Sore itu, saya berjalan pulang seperti prajurit yang kalah perang. Berjalan gontai karena sepertinya pekerjaan kantor tiada pernah habis. Tapi sebenarnya saya menikmati benar setiap pekerjaan (walaupun kadang harus mengeluh yang menurut saya hal yang manusiawi). Bahkan, saya pun (berusaha) menikmati "jalan-jalan" sore itu. Menyusuri jembatan penyeberangan di tengah kota Jakarta. Dari jembatan itu saya dapat melihat kepulan  asap kendaraan-kendaraan yang salip menyalip menuju tujuannya masing-masing.

Dimana Orang Tuanya?
Dimana Sanak Saudara, Kerabatnya?
Berdagang di Jembatan Penyeberangan
Menunggu Dagangan di Udara

"Kasur" Besi
Sampah-Sampah
Miris, jengah, lunglai, prihatin begitu terasa ketika saya melihat keadaan dijembatan penyeberangan. Ternyata Jakarta tidak seindah bayangan orang-orang yang selama ini bermigrasi dari luar kota! Banyak anak-anak yang menjadi "alat" peng-iba dan dipajang dijembatan penyeberangan. Hati saya pun bertanya-tanya, kemana kiranya orang tua mereka. Dimana saudara, sanak kerabat mereka. Apa yang mereka lakukan? Apakah mereka melakukannya karena kemauan sendiri atau ada "induk semang" yang senantiasa mengawasi mereka dari kejauhan sehingga mereka terpaksa harus melakukan itu?

Berlarian di Jalanan
Bermain dengan Kawan
Jakarta bagi kebanyakan orang diluar kota ini yang terbayang adalah kemudahan mendapatkan uang dan pekerjaan. Wow! Bayangan-bayangan indah dan muluk tersebut harus direvisi Bung! Lihat sekeliling ketika Anda berada dikeramaian di kota Jakarta. Berapa banyak pedagang asongan, penjaja kopi siap saji, dan lain sebagainya dimana para pedagang tersebut memulainya dari bayangan dan impian akan kemudahan mendapatkan uang dan pekerjaan di Jakarta sehingga hijrah ke kota ini.

Pengasong
Tenda Trotoar
Selain para pedagang, para pekerja pun merasakan betapa Jakarta penuh dengan keriuhan dan persaingan. Setiap jam berangkat kerja dan jam pulang kerja, jika kita melihat shelter-shelter busway dimana  pun itu akan kita dapati penuh dengan antrian penumpang yang menunggu kedatangan angkutan masal itu. Berjejal, berlomba, sikut-menyikut sudah menjadi budaya yang mengasah individualistis penduduk kota Jakarta.

Antri Menunggu Angkutan Masal
Lalu, akan seperti apa Jakarta 10 tahun hingga 50 tahun mendatang? Akankah pemandangan di sebagian sudut Jakarta yang tidak seindah bayangan dan mimpi ini akan langgeng dan terus seperti ini? Ataukah akan berubah menjadi lebih baik dari sekarang atau malah akan berubah menjadi lebih buruk?

Selamat hari jadi kota Jakarta yang ke-486 (22 Juni 1527 - 22 Juni 2013)

Comments

...