Naik Commuter Line, Mencoba Tarif Progresif KRL

Pulang dari jumatan di masjid Nurul Islam-Islamic Center Bekasi berkesempatan untuk mencoba naik Commuter Line yang katanya sudah memberlakukan e-ticketing dengan tarif progresif. Apa sih yang dimaksud dengan tarif progresif itu? Tarif progresif adalah "kebijakan" terkait tarif KRL yang diberlakukan oleh PT. KAI mulai bulan Juli dimana tarif untuk perjalanan menuju lima stasiun pertama dikenakan biaya sebesar Rp. 2000 dan akan bertambah Rp. 500 untuk setiap tiga stasiun berikutnya. (detik.com - red)

Info Tiket Multi
Poster Besar Tarif Progresif. Silakan Cari Stasiun Tujuan Anda.
Bagi yang jarang menggunakan jasa angkutan KRL untuk keseharian, seperti saya, bakalan bingung. Tapi ada rasa ingin tahu seperti apa implementasinya dilapangan. Karena belum pernah kembali untuk menggunakan jasa KRL, maka saya benar-benar kebingungan dan celingak-celinguk ketika saya tiba di stasiun Bekasi. Niatan awal ingin cepat-cepat membeli tiket dan siapa tahu KRL sudah ada jadi tinggal naik. Tapi rupanya saya harus mencari informasi dulu mengenai peraturan baru yang diberlakukan oleh PT. KAI, mulai dari apa yang dimaksud dengan tarif progresif hingga bagaimana membeli e-ticket.

Loket Buat Singleters
Loket Tiket Multi Trip
Setelah celingukan kesana kemari, saya pun membaca informasi yang ditempelkan didinding informasi. Disana tertulis: "Juli 2013 Berlaku Tarif Progresif KRL". Ternyata saya harus merunut stasiun keberangkatan dan tujuan saya di poster besar tersebut untuk mengetahui berapa yang harus saya bayar diloket nanti. BKS-KMO Rp. 3000. Wow! Murah banget! (Berarti harus hati-hati nih soalnya bagi para kriminil seperti pencopet-penjambret cuma butuh "modal" tidak lebih dari Rp 5.000 untuk ikut masuk berdesakan ke dalam KRL!) Setelah tahu besaran biaya yang harus saya keluarkan nanti, kemudian saya bergegas ke loket untuk membeli e-ticket yang saya sendiri belum paham mengenai maksud dari e-ticketing.

Stasiun Bekasi
Jadwal Keberangkatan KRL
Didepan loket, antriannya tidak terlalu panjang sih karena memang saya menggunakan Commuter Line ini bukan disaat jam-jam sibuk. Tapi ya itu tadi seperti yang saya sebutkan diawal, masih kebingungan karena ada e-ticketing dengan term singlet (single-trip) dan multit (multi-trip). Apa bedanya singlet dan multit? Menurut pegawai KAI (antaranews.com - red.), kalau singlet- kita para penumpang harus mengantri di loket dulu untuk bisa melewati gerbang elektronik (???) sedangkan kalau multit semisal penumpang sudah beli dan punya tiket multit tidak perlu antri di loket lagi tapi langsung bisa melewati gerbang elektronik. Hah?! Sumpeh Loe??? Ya iyalah, mosok ya iya dong? Jadi bedanya disitu doang. Kalau singlet tuh setiap kita mau masuk ke stasiun dan menggunakan KRL maka kita harus beli tiket, sedangkan multit tidak usah beli tiket dan bisa langsung masuk (ingat ya, kalau sudah punya tiket multit tinggal masuk aja dengan syarat saldonya masih cukup. Tapi kalau saldonya sudah tidak cukup ya harus isi ulang dulu - sama aja dong sama singlet).

E-Ticket?
Didalam Stasiun
Sekarang sudah tahu bedanya singlet dan multit. Lalu saya beli deh tuh e-ticket singlet dengan membayar Rp. 3000 untuk bisa sampai di stasiun Kemayoran. Dan mulai lah saya masuk ke dalam stasiun melalui "gerbang elektronik". Setelah dibantu petugas dengan menggoyang-goyang tiket, saya bisa lolos masuk ke dalam stasiun. KRL pun sudah stand by di sana menunggu penumpang yang berangkat jam 13.45. Suasana didalam gerbong masih sepi. Tapi setelah kereta berjalan dan melewati beberapa stasiun, tanda-tanda keriuhan dan kepadatan penumpang mulai terasa meskipun tidak seramai yang dirasakan teman-teman saya yang tiap pagi-sore menggunakan KRL.

Didalam Gerbong KRL
Tidak terasa kereta pun tiba di stasiun Manggarai dan saya kembali kebingungan apakah saya harus turun untuk transit atau tidak karena dengar-dengar ada sistem transit seperti busway. Akhirnya saya putuskan untuk tetap didalam KRL. Tidak lama kemudian kereta jalan kembali. Dan firasat saya benar! Rupanya kereta yang saya tumpangi bukan yang melewati stasiun Kemayoran, melainkan melewati stasiun Gambir. Nah lho! Jadi turun dimana nih? Cikini -  Gondangdia - Gambir. Kemudian diputuskan untuk turun distasiun Sawah Besar. Alamak! Lalu tadi saya ngapain merunut BKS-KMO untuk mengetahui tarifnya kalau ternyata tidak ada kejelasan kereta ini melewati Gambir dan bukan melewati Kemayoran? Jadi kesan-kesan dan kata-kata yang saya dapatkan setelah mencoba tarif progresif KRL Commuter Line: murah, ngeri, takut, membingungkan, bingung, dan membingungkan. Maka, berminatkah Anda untuk mencoba dan menggunakan KRL?

Salam Segar Es Teh Lemon
Blusukan: 19 Juli 2013
Ditulis: 21 Agustus 2013

Comments

...