Menyusuri jalan buat saya sudah biasa. Sejak sedari pendidikan tingkat sekolah dasar hingga tingkat pendidikan sekolah menengah pertama, saya sudah terbiasa untuk berjalan kaki dari rumah ke sekolah dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu ketika di desa Ketangi-Purworejo setelah saya mengunjungi makam Bapak, saya pun tanpa lelah berjalan kaki keluar dari desa tersebut. Kemudian karena cacing-cacing di perut saya sudah mulai berteriak meminta asupan, maka saya berencana untuk mencari makan untuk mengganjal perut yang memang sedari tadi pagi ketika tiba dari stasiun belum saya isi sedikit pun. Dan dimulailah "trekking" dari depan pemberhentian bus P.O. Sumber Alam yang sering disebut sebagai daerah Kijing, berjalan kaki hingga menyeberangi jembatan Bogowonto dan tiba di daerah Bagelen.
|
Tong Seng Kambing Bagelen |
|
Jembatan Bogowonto Jadoel |
Saya jadi teringat saat saya dulu kecil sering diajak Bapak jalan-jalan ke pertelon (pertigaan jalan) Bagelen. Saya juga masih ingat di pertelon Bagelen tersebut banyak warung-warung makan dan toko-toko yang menjual segala macam mulai dari sikat gigi hingga peralatan tukang ada di toko-toko pertelon Bagelen ini. Tetapi kini semuanya sudah banyak berubah. Toko dan warung makan hanya tinggal beberapa saja. Saya pun sudah lupa toko dan warung makan apa saja yang dulu ada dan masih bertahan hingga kini.
Oleh karena untuk menjaga stamina dan tenaga, maka saya putuskan untuk makan tong seng. Ini tong seng makanan, bukan tong seng dalam arti tong yang terbuat dari seng lho ya. Tong seng ini terbuat dari daging kambing yang diberi bumbu rempah dan diolah dengan campuran sayur mayur seperti capcay tetapi dia berwarna kecoklatan karena warna kecap dimana rasa dan aromanya agak pedas karena merica.
|
Patung Iconic Bagelen |
|
Si Ibu Penjual Tong Seng Kambing |
|
Kita Bisa Melihat Dapurnya dari Tempat Kita Duduk |
Nah, untuk tong seng Bagelen ini ternyata kuahnya sangat kental. Berbeda dengan tong seng yang pernah saya cicipi di Jakarta. Tong seng disini disajikan didalam piring dan sangat penuh hingga menutupi permukaan piringnya. Isi campurannya ada kembang kol, wortel, dan daging kambing. Sedangkan nasi disajikan dipiring terpisah. Anda bisa tebak untuk mendapatkan menu seperti ini berapa yang harus Anda bayar? Cukup keluarkan uang sebesar Rp. 13.000 saja untuk tong seng plus nasinya. Tapi Anda harus beli minumnya karena warung makan tong seng disini tidak menyediakan minum gratis. Hehehe.
Setelah makan tong seng ini, seluruh badan saya bermandikan peluh! Dan yang pasti berasa tenaga saya terasa bertambah jadi joss! Setelah tenaga terisi, saya melanjutkan perjalanan lagi menuju stasiun Jenar dan pulang ke Jakarta karena ini adalah perjalanan multi trip. Lho?
Tetap asik jalan-jalan bersama Mas Feb Jalan-Jalan
Blusukan: September 2010
Catatan: Mungkin harganya sekarang sudah naik. Bukan Rp. 13.000 lagi. Bisa jadi harganya Rp. 20.000. Coba saja datangi bagi yang penasaran. :D
#Kamera menggunakan hape CSL BlueBerry 8800 & Kamera saku 5 MP
Comments
Post a Comment