Liburan anak sekolah, keponakan pun ikut berlibur dan menginap dirumah. Bila berlibur hanya diam dirumah sepertinya bakalan membosankan ya. Maka di minggu terakhir di bulan Desember 2013 itu, kami pun pelesir ke Monumen Nasional (Monas).
|
Monumen Nasional |
Karena kami berlima, kami pun menggunakan taksi untuk menuju kesana. Hanya membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk mencapai kesana dari Kemayoran. Kami masuk dari pintu Selatan dan pengunjung ketika itu sangat ramai, mulai dari pintu masuk hingga taman. Kebanyakan memang rombongan keluarga.
|
Bakso Kawi Malang |
Seperti pengunjung lainnya yang menggelar tikar, kami pun menggelar juga tapi menggelar koran, bukan tikar. Karena kami pikir dengan membawa koran untuk alas duduk, sepertinya lebih praktis. Setelah digunakan bisa langsung digulung dan dibuang. Asalkan jangan hujan aja. :D
|
Pedagang Bakso Kawi Malang |
Setelah kami menentukan tempat yang sekiranya teduh dan nyaman, kemudian kami pun menggelar koran. Perlu perjuangan untuk menggelar korannya disebabkan angin yang berhembus kencang. Segala cara kami gunakan supaya koran-koran yang kami gelar tidak terbang tertiup angin termasuk dengan menindihnya menggunakan bekal-bekal makanan yang kami bawa.
|
Ramainya Pengunjung di Monas |
|
Bersantai Gelar Koran |
Setelah gelaran koran-koran sudah kami kuasai, acara bersantai pun dimulai. Angin yang sejuk dan adem bikin mata ngantuk. Tapi ada hal lain yang bikin suasana santai jadi sedikit kurang nyaman: pedagang-pedagang yang mendekati setiap pengunjung yang bersantai. Tak berapa lama kami duduk, silih berganti pedagang keliling mendekati untuk menawarkan dagangan. Ya namanya pembeli kan tidak harus selalu didekati supaya mereka membeli tho? Contohnya seperti tukang bakso malang. Meskipun si pedagangnya hanya menunggu pembeli, toh akhirnya banyak pembeli yang datang tertarik untuk membeli termasuk kami.
|
Pedagang Kerak Telur |
|
Seorang Pedagang Menghampiri Pengunjung yang Sedang Berdagang |
Sepertinya enak bila makan bakso malang sambil bersantai direrumputan dan merasakan semilir angin. Seporsinya kami harus membayar Rp. 10.ooo. Walaupun kami pikir rasanya tidak terlalu enak, tapi suasana disana yang membuatnya nikmat.
|
Salah Satu Larangannya: Dilarang Berdagang |
|
Masjid Stasiun Gambir |
Waktu ashar pun tiba tanpa terasa dan kami memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, kami mampir ke masjid stasiun Gambir. Selain untuk sholat, alasan utamanya sih karena salah satu keponakan ada yang kebelet untuk ke toilet. Jadi daripada beser sewaktu diperjalanan, ya mending di"setor" dulu. Hehehe. Tetap semangat jalan-jalan bersama Mas Feb Jalan-Jalan.
Comments
Post a Comment