Tahun Baru Itu... Penuh Perjuangan

New year's eve, apa yang istimewa dari peristiwa ini yang selalu dirayakan oleh orang-orang diseluruh belahan dunia. Saya juga masih tidak mengerti. Dan diakhir tahun 2013 ini saya bersama teman ingin mengetahui hingar-bingar, atmosfer dan euforia tahun baru.

Mungkin memang sudah menjadi bawaan saya untuk selalu merasa asing dengan yang dinamakan hingar-bingar dan keramaian yang terlalu wah. Makanya meskipun ada rasa ingin tahu seperti apa keramaian tahun baru diibukota negara khususnya di bundaran HI yang katanya ada Jakarta Festival, saya berketetapan dalam hati bahwa apa yang akan saya alami dan saya rasakan harus bisa memunculkan pelajaran yang bisa saya ceritakan dan saya bagi ke orang-orang yang saya kenal, minimal kepada keluarga saya.


Tanggal 31 Desember 2013, sekitar pukul setengah sembilan malam saya dan adik ipar beranjak keluar rumah untuk menuju bundaran HI. Dengan bantuan seorang teman yang mengantarkan kesana, kami tiba di Taman Menteng dan kendaraan yang membawa kami kemari harus parkir disini karena jalan sudah mulai ditutup. Mau dan harus mau, kami bertiga berjalan kaki dari Taman Menteng mengarah ke bundaran Hotel Indonesia dimana acara berlangsung. Memerlukan waktu kurang lebih satu jam sehingga kami tiba di bundaran HI sekitar pukul 10 lebih lima menit kalau tidak salah. Ketika itu, suara-suara ledakan kembang api selalu terdengar sepanjang jalan.

22.05
Ketika kami tiba disana, acara sedang berlangsung dan yang berada dipanggung adalah si Raja Dangdut - Rhoma Irama. Tak berapa lama ternyata bang Rhoma rehat.

"Jyaaa. Kok bang Rhoma nya udahan?" ujar teman saya.
"Bang Rhoma nya ganti baju dulu kali. Kan dari tadi nyanyi jadi keringetan." timpal saya. Sambil sesekali mengambil gambar suasana bundaran HI malam itu.

Semakin malam, orang yang berdatangan pun semakin banyak. Tua-muda, besar-kecil, bahkan ada yang bersepeda yang menurut nalar tidak mungkin bisa jalan ditempat semrawut seperti ini.

Karena kami bertiga sepakat untuk maju mendekati panggung, kami pun mulai "bergerilya" mencapai tujuan. Perlahan-lahan berjalan  melewati ribuan-jutaan orang dan akhirnya kami hanya mampu mencapai kurang lebih sejarak 50 meter dari panggung. Sudah hampir satu jam, acara belum juga dimulai. Sehingga dimulailah sorakan "Wooooo" yang panjang dari penonton dan hampir saja terjadi keributan karena botol-botol tak bertuan mulai melayang ke panggung. Tapi MC, Syaiful Jamil berhasil meredam kekesalan penonton.

Siiiippp... 
Raja Dangdut di Panggung
Tak lama kemudian, acara dimulai dengan menampilkan penyanyi-penyanyi dangdut (entah siapa namanya) dan menurut saya acara yang saat itu sedang berlangsung bukanlah acara resminya. Mungkin hanya untuk meredam aksi penonton yang sudah tidak sabaran untuk melihat acara dimulai hingga tiba-tiba ditengah lagu sound-systemnya mati. Bet! Membuat kami bertiga cekikikan melihat ini. Bagaimana tidak? Acara yang katanya menelan biaya 1 miliar, sepertinya ditangani secara asal-asalan.

Dan acara resminya (sepertinya) baru dimulai pukul 23.15 dengan menampilkan grup band Raja.

"Yaaaa... Kirain Rhoma Irama. " celetuk teman saya sambil tertawa.

Waktu pun bergerak hingga tiba menjelang perhitungan detik-detik pergantian tahun baru masehi. Akhirnya Rhoma Irama pun muncul dipanggung menyanyikan beberapa lagu dan disusul penguasa nomor satu DKI yang sepertinya akan memberikan sambutan terkait acara lalu berduet dengan si Raja Dangdut. Tapi mendadak ratusan kembang api dinyalakan dan mulai menimbulkan kehebohan dengan suara-suaranya. Tak pelak lagi seluruh yang ada disana tidak dapat membedakan apakah sudah masuk jam 00.00 atau belum. Yang pasti, si Gubernur DKI tidak dihiraukan suaranya dan harus kalah oleh bisingnya suara kembang api.

"Lautan" air yang Harus Kami Lewati
Foto Dulu Dong Yang Ada Background Patung Selamat Datangnya.
Lautan Kepala dan Hapenya
Setelah hampir setengah jam telinga kami mendengar bisingnya ledakan kembang api, kami bertiga memutuskan untuk pulang. Dan ternyata perjuangan pulang lebih dahsyat daripada saat datang. Kami harus berdesakan untuk bisa keluar dari kerumunan manusia yang berebut berjalan kaki melewati panser-panser yang terparkir dijalan Sutan Syahrir.

Singkat cerita sampailah kami kembali di Taman Menteng dan saat itu jam ditangan sudah menunjukkan pukul satu lebih lima belas menit. Istirahat sejenak dan menunggu pukul setengah dua karena kami pikir sama saja bila kami keluar sekarang pasti terjebak macet. Setelah keluar dari parkiran Taman Menteng, tetap saja kami harus berhadapan dengan kemacetan. Ya begitulah keramaian tahun baru. Sepanjang perjalanan pulang, kami bercerita ngalor-ngidul hingga langit pun menumpahkan air hujan dengan derasnya dan kami harus merasakan jebakan batman, yaitu macet parah dijalan Gunung Sahari - tepatnya di perempatan Hotel Golden dimana hampir satu jam tertahan disana.

"Tanda Mata" Perjuangan Keluar dari Kerumunan
Sampai dirumah sekitar pukul setengah tiga pagi. Akhirnya terlaksana juga untuk melihat tahun baru di ibukota Jakarta. Lalu apa yang bisa diambil pelajarannya dari event tahun baru tersebut? Ya banyaklah. Salah satunya seperti yang dikatakan lagunya Rhoma Irama: Hidup itu penuh dengan perjuangan. Terima kasih banyak untuk sobat yang sudah mengantarkan ke bundaran HI & traktir minum setelah beberapa jam kehausan kering kerontang :D. Tetap semangat jalan-jalan bersama Mas Feb Jalan-Jalan.

Comments

...