Menetap di Nusa Dua Bali selama 4 hari membuat saya menyukai salah satu perkampungan penduduk disana. Desa Adat Bualu menjadi tempat bernaung selama menjadi turis lokal. Selama bolak-balik penginapan-Nusa Dua Convention Center, saya melewati jalan Siligita, jalan Kuruksetra dan jalan Gopala.
|
Aktivitas Pagi Warga Desa Adat Bualu |
|
Tugu Patung Gembala |
Sepanjang jalan Kuruksetra ada beberapa balai banjar dan pura. Ada pura yang sepertinya sudah berumur dan ada pula pura yang baru-baru ini dibuat. Setiap pagi, siang dan sore, warga desa melakukan sembahyang ditempat-tempat tertentu. Saya juga jadi tahu bahwa mereka pun melakukan sembahyang diwaktu-waktu tertentu yang disebut Puja Tri Sandya.
|
Gapura Bentar Menuju Nusa Dua Convention Center |
|
Jalan Siligita Bawah |
Pada hari pertama disana, saya pernah menjelajah jalan Kuruksetra dimalam hari. Ternyata suasana desa Adat Bualu sungguh ramai. Sangat berbeda dengan suasana di siang hari. Di malam hari, warga berkumpul di balai-balai banjar desa. Entah itu hanya berkumpul untuk berbincang sesama warga, maupun berkumpul untuk berlatih tari-tarian tradisional Bali.
|
Toko Burung |
|
Suasana Siang di Jalan Gopala |
|
Salah Satu Toko Penjual Ogoh-Ogoh Mini |
Buat saya menyenangkan bisa melihat aktivitas warga desa disana. Aktivitas pagi terutama yang membuat saya merindukan suasana disana. Suasana pasar pinggir jalan, sikap ramah penduduk desanya yang menyapa. Suasana pagi disepanjang jalan Kuruksetra kalau saya bilang sih mirip dengan suasana di Purworejo yang jauh dari keramaian. Suasana sore juga berkesan buat saya, terutama suasana dipenginapan, di jalan Siligita. Setelah sore menjelang, aktivitas didepan penginapan hanya dapat terdengar laju mobil yang diselingi suara jangkrik. Sunyi, nyaman, damai, tenteram.
Tetap semangat jalan-jalan bersama Mas Feb Jalan-Jalan.
Comments
Post a Comment