Selain karena kamar tempat menginap dirasa belum nyaman, jalan-jalan sore itu juga punya alasan kuat yakni untuk mengenal kawasan dan penunggunya. Dan tak kalah penting adalah rasa lapar. Alasan terakhir adalah sebab musabab yang bila tidak disegerakan untuk ditanggulangi akan berdampak ke segala lini dan sendi. Lha kok? Iya, bisa-bisa mas Feb akan melihat kunang-kunang, gemetaran dan berdendang keroncongan. Karena kelaparan yang amat sangat dan berkeringat setelah berjalan kaki dari Peunayong hingga terminal Keudah, mas Feb akhirnya mampir disebuah kedai.
|
Mie Goreng Aceh.. Nyaamm.. |
Kedai tersebut terletak di kawasan kuliner jalan Ahmad Yani. Walaupun kedai ini baru saja akan membuka lapaknya, tapi mas Feb pede aja untuk langsung memesan seporsi mie Aceh dan segelas jus alpukat untuk mengobati lapar dan dahaga. Konsekuensinya... Yaaaa harus bersabar untuk menunggu si mas penjual mie menyiapkan bahan-bahan, mengiris kelengkapannya dan menyiapkan buah-buah untuk jusnya. Alhamdulillahnya sebelum mas Feb pingsan, makanan dan minuman segera muncul dimeja.
Siapa sangka bisa makan spaghetti di Aceh. Lho?? Ini bukan spaghetti mas. Ini Mie Aceh. Catat! Ini Mie Aceh. Meskipun sekilas mirip dengan spaghetti, tapi ini asli khas Aceh. Maklum, mas Feb sudah sangat kelaparan sehingga berhalusinasi melihat mie Aceh seperti melihat spaghetti.
Dari tampilannya yang ciamik, terdapat kelengkapan mie goreng Aceh. Diantaranya ada jeruk nipis (mungkin sebagai garnish karena tidak untuk dimakan), ada juga potongan mentimun yang sudah dikupas kulitnya. Lalu ada juga cabai rawit merah, irisan bawang merah dan emping. Kalau di Aceh, emping ini disebutnya kerupuk melinjo.
|
Akhirnya Tersaji Juga di Meja |
Bila kita hanya melihat dengan pandangan saja, kita tidak akan pernah tahu kelengkapan lainnya yang tersamar didalam mienya. Mie-nya yang besar-besar telah bercampur dengan bumbu dan rempah yang sangat khas. Sekali icip, bakalan ingin menyuap mienya lagi kedalam mulut. Saat dikunyah, akan dirasa ternyata terdapat bawang bombay yang terselip diantara mie.
Yang membuat saya terheran-heran adalah irisan bawang merahnya. Biasanya saya tidak menyukai irisan bawang merah. Tapi ini lain. Irisan bawang merah disini terasa segar begitu kita makan dengan mie Acehnya. Mas Feb juga tidak tahu mengapa bisa demikian. Apa mungkin karena rasa rempah sehingga aroma irisan bawang merah ini terkalahkan? Entahlah, hanya si mas penjual dan mie-nya yang tahu. Lha sih??
Intinya dari Mie Goreng Aceh ini dirasa segar dilidah. Tambah segar lagi karena minumnya adalah jus alpukat. Mmmm... nyaaammm... .
Untuk merasakan sensasi Mie Goreng Aceh ini, mas Feb harus merogoh kocek sebesar Rp.17.ooo. Itu sudah plus dengan jus alpukatnya lho. Murah? Tidak juga. Karena memang porsinya sedikit. Alhasil, mas Feb pun juga pesan seporsi Sate Padang! Wow! Terdengar kalap ya kalau mas Feb sudah kelaparan. Hehehe.
|
Kawasan Kuliner Jalan Ahmad Yani dan Rex Peunayong |
|
Sate Padang di Aceh |
|
Si Abang Penjual Sate Sedang Meracik Sate Padang |
Untuk Sate Padangnya, mas Feb membayarnya Rp. 15.ooo untuk menebus 5 tusuk sate dan 1 katupek yang sudah dipotong-potong. Ternyata rasanya seperti Sate Padang. :P Selain Sate Padang, ternyata di Aceh ini ada yang lebih dikenal dengan sebutan Sate Matang. Bedanya dengan Sate Padang adalah bumbunya. Bila Sate Padang, satenya disiram dengan bumbu sambal yang kental seperti sagu atau semacam itu. Nah.. bila Sate Matang, bumbunya adalah bumbu kari. Bila kita memesan Sate Matang, kita bakalan ditawarkan apakah daging sapi atau daging kambing. Ini dia yang juga menjadi pembeda dengan Sate Padang. Mengenai namanya mengapa disebut Sate Matang, menurut info dari teman sih katanya pada mulanya Sate Matang ini dijual hanya didaerah bernama Matang di Aceh. Hingga akhirnya populer ke segenap penjuru Aceh dengan sebutan Sate Matang.
|
Dari Tempat Saya Duduk Memesan Sate Padang |
|
Mie Kuah Aceh |
|
Plus Udang |
Di lain kesempatan, mas Feb kembali menjajal Mie Aceh. Mie Aceh yang dijajal adalah Mie Kuah Aceh. Pedagangnya membuka lapak di Rex Peunayong. Lha mie kuah yang ini juga sekilas mirip spaghetti saus tomat. Pelengkapnya hampir mirip dengan Mie Goreng Aceh yang mas Feb makan dihari sebelumnya. Bedanya mie yang ini ada kuah dan udangnya. Untuk Mie Kuah Aceh ini porsinya terbilang besar. Makanya harganya juga sesuai dengan ukuran porsinya. Yang pasti lebih mahal dari mie yang pertama kali mas Feb cicipi. Untuk rasa hampir mirip dengan mie gorengnya: sedikit pedas nan segar dengan rasa dan aroma rempahnya. Bikin mas Feb 'tersandung' rasa Mie Aceh, ketagihan ingin menikmatinya lagi. Di Jakarta, dimana ya yang menjual Mie Aceh?
Kombinasi jus alpukat dan mie Aceh memang mantap jaya, apalagi disusul seporsi sate Padang. Ckckck... khilafnya perutmu Mas, hahaha :D
ReplyDeleteMaklum... 3 jam Jakarta - Aceh plus jalan kaki Peunayong-Terminal. Hehehe
Delete