Setelah ke Museum Tsunami, saya dan teman kemudian mengunjungi masjid yang telah menjadi saksi kejadian tsunami tahun 2004 lalu. Suasananya sama dengan Museum Tsunami: ramai pengunjung. Banyak orang tua yang mengajak anak-anaknya ke masjid ini. Dari jalanan diluar halaman masjid saja, bangunan masjid Baiturrahmaan terlihat begitu indah dan kokoh. Kubahnya yang berjumlah 5 saya bilang unik karena warnanya. Tidak kalah dengan bangunan-bangunan indah diluar negeri semacam Taj Mahal di India.
|
Mengunjungi Masjid Baiturrahmaan |
|
Banyak Pengunjung Memberi Makan Ikan |
Sebelum mengunjungi masjid ini, baiknya pembaca tahu mengenai peraturan yang ada disini. Di Masjid Baiturrahmaan ini diwajibkan bagi seluruh pengunjung untuk memakai pakaian muslim. Himbauan tersebut dapat dilihat ketika kita akan memasuki halaman masjid.
Begitu memasuki halaman masjid, pembaca bakalan melihat betapa luasnya halaman yang penuh rumput hijau. Menurut penuturan Fadhil, halaman Masjid Baiturrahmaan yang sekarang sudah mengalami perluasan. Bangunan yang terlihat seperti gapura sebenarnya adalah pintu masuk ke halaman masjid yang asli. Dihalaman depan masjid terdapat sebuah menara dimana, masih menurut penuturan Fadhil, bangunan yang ada didaerah sekitar masjid tidak boleh ada yang lebih tinggi daripada menara tersebut. Hal tersebut berlaku dari semenjak dibangunnya menara hingga sekarang.
|
Aturan Yang Patut diPerhatikan oleh Pengunjung |
Dihalaman depan masjid terdapat kolam yang lumayan panjang. Disini banyak pengunjung yang membawa serta keluarganya. Mereka terutama bermain dan memberi makan ikan yang terdapat dikolam pada halaman utama masjid. Ada juga pengunjung yang sepertinya berasal dari luar Aceh (karena terlihat dari pakaiannya) mengambil beberapa foto diri dengan berlatar belakang Masjid Baiturrahmaan ini.
|
Gerbang Asli ke Halaman Masjid dan Menara Masjid |
|
Banyak Pengunjung dari Luar Aceh |
Karena ketika saya dan teman berkunjung ke masjid ini sekitar pukul 16.30, kami pun menyempatkan diri untuk sholat Ashar diruang utama masjid. Oh iya, tempat mengambil air wudhunya unik! Tempatnya berada sekitar 50 meter dari bangunan utama masjid, berada di halaman sebelah kanan-kirinya. Persis berdampingan dengan pagar halaman masjid.
|
Pintu Bagian Kiri Masjid |
|
Mihrab dan Mimbar Masjid |
Saya pun memasuki ruang utama masjid. Karena baru saja wudhu dan bekas-bekas air wudhu masih dikulit, begitu masuk ruang utama terasa kedinginan karena didalam ruangan masjid menggunakan pendingin udara (AC). Selesai sholat, saya baru mencermati ruang utamanya. Lampu gantungnya yang begitu banyak terlihat mewah sekali. Langit-langitnya yang dominan berwarna putih begitu tinggi megah terlihat. Tiang-tiangnya pun banyak. Mungkin masjid-masjid di timur tengah seperti ini ya..
|
Kokoh dan Megah |
|
Tempat Wudhu yang Persis Bersebelahan dengan Pagar Halaman Masjid |
Setiap sore ternyata ruang utama masjid sering digunakan untuk belajar mengaji bagi anak-anak usia sekolah dasar. Mereka biasanya duduk berkelompok membentuk lingkaran.
Di bulan Desember tahun 2004 lalu ketika tsunami melanda, bangunan utama masjid digunakan sebagai tempat bagi para pengungsi. Saya juga pernah melihat video ketika banjir tsunami itu datang memenuhi halaman masjid. Jika membayangkannya sungguh sangat mengerikan. Mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan...
# 25-27 Agustus 2014
Comments
Post a Comment