Desa Plaosan menjadi tempat 'singgah' pertama napak tilas candi kami yang pertama dihari itu (14/12/2014). Candi ini terletak di dukuh Plaosan, desa Bugisan. Dari tempat kami menginap di
hotel Galuh Prambanan, membutuhkan waktu hanya 5 menit dengan berkendara roda dua. Sebelum sampai disana, kami sempat berpapasan dengan warga sekitar yang mengendarai kereta lembu. Lembunya terbilang besar dan tidak seperti yang kebanyakan ada di Jakarta. Zidni pun sampai memperhatikan ketika kereta lembu tersebut melintas. Kemudian kami melanjutkan menuju komplek candi Plaosan. Karena di komplek candi tidak menyediakan lahan parkir, maka kami pun memarkir sepeda motor di halaman rumah warga yang ternyata mereka memang menjual jasa parkir sekaligus ngwarung. Lumayan adem suasananya, masih rimbun pohon dihalaman rumah yang menjadi tempat parkirnya. Untuk parkirannya hanya Rp. 2.ooo saja dan untuk tiket masuk ke komplek candi Plaosan hanya membayar Rp.5.ooo saja. Murah thoo..
Sekilas Sejarah Candi
Bercorak Budha dan candi-candinya masih utuh patung-patung didalamnya. Saya pernah membaca buku (tepatnya foto copyannya) tulisan
AJ Bernet Kempers.. bahwa komplek percandian ini pada jamannya digunakan untuk asrama dan vihara bagi para wiku. Benar atau tidaknya pendapat pak Kempers ini perlu diselidiki lebih lanjut.
Kebanyakan literatur hanya menyebutkan bahwa komplek candi ini merupakan percandian Budha yang dibangun pada masa Rakai Pikatan dan ratu Dyah Pramodhawardhani. Makanya komplek percandiannya terlihat gaya-gaya campuran antara Budha-Hindu, karena raja Pikatan beragama Hindu sedangkan sang ratunya menganut Budha.
|
Ayo Zidni Senyum..
|
|
Patung-Patung Masih Utuh didalam Bangunan Candi |
Komplek candi Plaosan ini terbilang unik karena kemungkinan dahulu candi ini merupakan bangunan dua lantai. Hal ini dapat terlihat dari ceruk-ceruk yang digunakan untuk meletakkan kayu tulang-tulang penyangga lantai pada dinding-dindingnya di lantai atas. Saya jadi membayangkan kira-kira jaman dulunya komplek ini penampilannya seperti apa ya? Di foto copyan buku pak Kempers itu saya pernah lihat sketsa komplek candinya yang luar biasa cantik.
|
Salah Satu Relief di Salah Satu Ruangan Bangunan Candi Induk |
|
Salah Satu Ceruk yang Dahulu Mungkin digunakan Untuk Menempatkan Kayu Lantai Atas |
Keadaan Candi Saat Itu
Komplek candi Plaosan Lor yang sepanjang penglihatan saya masih bisa dilihat dan dibayangkan bentuk jaman dahulunya seperti apa. Candi Lanang dan Candi Wedhok bisa dikatakan masih utuh. Kalau Anda sempat masuk ke dalam candi, baik candi Lanang maupun candi Wedhok, siap-siap menahan aroma tak sedap dari kotoran kelelawar yang banyak bersarang di langit-langit candi. Pada halaman candi, kumpulan candi-candi perwara disekelilingnya hanya sebagian candi saja yang masih bisa dilihat. Sebagian besarnya sudah berupa reruntuhan batu-batu sisa-sisa bangunan candi perwara dan stupa. Pada bagian pintu masuk kini dipasang pintu teralis besi. Berbeda dengan komplek candi Plaosan Kidul yang hanya tersisa beberapa candi perwara. Untuk candi Kidulnya kami tidak sempat berkeliling di halamannya. Kami justru tertarik melihat rumah-rumah warga sekitar yang kelihatannya adem. Karena cuaca pun makin terik, maka setelah melihat-lihat sebentar kondisi candi sebelah kidul kami pun beranjak kembali ke halaman parkir kendaraan.
|
Pintu Candi Utama diberi Teralis Besi |
Bersama Teman-Teman Jalan-Jalan
Pada saat disana kami bertemu dengan sekumpulan anak-anak usia SMP yang bermain dan berfoto di komplek candi Plaosan. Sebenarnya mereka duluan sih yang menyapa karena melihat Zidni.
"Ih.. Dedeknya lucu. Jadi pengen gendong.. ".
Akhirnya digendonglah Zidni dan jadi selebritis on camera. Kami sempat juga bertanya kepada mereka. Ternyata rumah mereka masih di dekat-dekat kawasan candi atau masih satu dukuh. Di hari Minggu itu mereka ke komplek candi Plaosan hanya sekedar untuk refreshing setelah selama enam hari disibukkan dengan kegiatan sekolah. Dengan mengendarai motor bersama teman-teman, mereka sampai hingga di komplek candi Plaosan ini.
|
Zidni dan Ibunya di Gapura Masuk Halaman Candi |
|
Zidni Jadi Rebutan |
|
Komplek Candi Plaosan Kidul yang Tidak Sempat Kami Jelajahi ke Dalam |
|
Berfoto di Depan Salah Satu Rumah Warga di Komplek Candi Plaosan Kidul |
|
Membayangkan Bila Tinggal diSini |
Setelah puas mengambil beberapa foto, mereka kembali melanjutkan jalan-jalannya. Kami pun demikian dan pada saat di komplek candi Plaosan Kidul kami bertemu kembali dengan mereka. Ternyata asyik juga ya kalau rumahnya dekat dengan komplek candi-candi. Apalagi dikawasan ini bukan hanya candi Plaosan saja yang bisa dikunjungi, masih ada banyak komplek candi disekitar kawasan ini.
Waaaaa... Sejak says pernah dipungut biaya nggak resmi buat motret, saya blum pernah kemari lagi.
ReplyDeletekayakny lebih menarik motret rumah2 warga disana mas. Oh iya, klo motret rumah2 warga sekitar dipungut biaya gk ya?
ReplyDelete