Menikmati Mentari Pagi dari Balik Awan Pangandaran

Tiga hari di Pangandaran pas puasa Ramadhan hari pertama. Kangen keluarga? Pastinya. Tapi semuanya harus dinikmati dan disyukuri. Tanggal 8 Juni 2016 menjadi hari terakhir saya dan teman-teman berada di Pangandaran. Sedari malam sebelumnya saya sudah mempersiapkan segalanya. Tas gemblok alias tas punggung yang saya bawa sudah berubah baik wujud maupun beratnya. Penampakannya kini lebih menggembung bila dibandingkan dengan saat hari pertama datang ke Pangandaran. Isinya tak lain tak bukan adalah ikan asin jambal roti dan kerupuk khas Pangandaran sebagai buah tangan untuk keluarga dirumah. Packing yang saya lakukan selesai sekitar pukul 12 malam.
Birunya Langit Indonesia

Proses Cek Identitas dan Tiket
Persiapan Perjalanan
Pukul 3 Dini Hari
Keesokan paginya, telepon didalam kamar hotel berbunyi. Sebuah suara dari ujung sana memberitahukan bahwa makanan untuk sahur sudah tersedia di restoran lantai 1. Meski mata masih mengantuk, mau tak mau harus dipaksa untuk dibuka. Saya lihat arloji di meja pukul 3 lebih 15 menit. Imsak di Pangandaran lebih cepat beberapa menit daripada imsak di Jakarta. Okelah saya turun ke bawah. Rupanya dibawah teman-teman sudah bersiap didalam restoran untuk sahur. Yaa ternyata saya manusia terakhir yang kesana.
Alat Timbang

Tiket Pangandaran-Jakarta
Pesawat yang Akan Kami Gunakan 
Bakda Subuh
Tak lama setelah saya kembali ke kamar, sayup-sayup terdengar orang mengaji dari luar sana. Detik-detik menuju imsak saya pikir. Saya pun kemudian bergegas mandi dan membereskan kembali segala hal yang akan dibawa. Karena tadi malam sudah packing, pagi ini saya bisa lebih santai saat membereskan barang bawaan. Adzan subuh pun terdengar dan sholat subuh dimulai.

Sesuai dengan janji pak Robi, bakda Subuh beliau akan mengantarkan saya dan teman-teman menuju bandar udara Nusawiru. Sepuluh menit saya menunggu di kamar.. Ah lebih baik turun saja. Siapa tau pak Robi sudah di lobi, pikir saya. Dan ternyata benar. Pak Robi sudah berada di halaman parkir hotel sedang mengganti ban depan yang katanya kena paku saat perjalanan ke hotel. Saat saya hampiri, pak Robi sudah selesai mengganti ban. Satu per satu teman saya bermunculan dan kami pun menuju Nusawiru dengan banyak-banyak berdoa semoga cuaca nanti bersahabat.
Mandala diantara Mega Mega

Langit yang Bersahabat
Meskipun saat perjalanan dari hotel ke bandara Nusawiru langit menumpahkan hujannya. Tapi ketika kami tiba di bandara, cuaca berubah menjadi cerah. Alhamdulillah, langit di pagi hari itu bersahabat untuk melakukan penerbangan. Sehingga tak ada kata menunda penerbangan dari bandara kecil itu. Penerbangan kali ini merupakan kesempatan langka untuk memotret pemandangan dari langit sana. Perjalanan selama kurang lebih satu jam itu pun sepertinya tidak terasa. Bahkan pilot dan co-pilot beserta rekannya melakukan foto selfie sementara pesawat terbang! Wow! Saya dan teman-teman juga gak mau kalah. Seorang teman yang duduk didepan saya melakukan dokumentasi sepanjang perjalanan. Saya pun juga memotret pemandangan yang entah kapan lagi bisa menjumpainya. Dan pesawat pun tiba kembali di Jakarta ketika kota itu memulai aktivitasnya..

Sungai yang Berkelok-kelok Seperti Ular Naga
Dari Atas Langit Jakarta
Pesawat pun Tiba di Jakarta

Sampai Bertemu Lagi Nusawiru...
Tagline saya saat mengkhayal jika membawa spanduk. Setiap saya mengunjungi tempat-tempat yang baru pertama kali saya datangi, pasti setiap akan pulang terbersit kata-kata itu: "Sampai bertemu lagi..". Maka jangan heran bila seringkali saya juga "kalap" saat berbelanja buah tangan di tempat yang baru sekali saya datangi. Kapan lagi kan saya bisa sampai ke tempat ini? Siapa tahu hanya sekali seumur hidup. Ya kan? :D



Comments

...