Siang itu udara di jalan Salemba terbilang sangat panas daripada biasanya. Memang, udara panas sudah menjadi keseharian bagi orang-orang yang tinggal di ibukota utamanya Jakarta. Seringkali, hawa terik ini yang membuat saya malas untuk bepergian. Tapi bila inspirasi sulit didapat disaat proyek kreatif harus dibuat, mau tidak mau kaki ini musti dipaksa untuk melangkah.
Dengan mengendarai motor matic keluaran 2012, saya memacu kendaraan mungil itu menuju jalan Kenari nomor 2 dengan maksud untuk berkunjung ke salah satu bangunan cagar budaya yang dikelola oleh Disbudpar Provinsi DKI Jakarta sebagai sarana mencari ide sekaligus intermezzo disela-sela padatnya aktivitas kerja.
|
Halaman Depan Museum MH Thamrin |
|
Papan Petunjuk Arah Menuju Museum MH Thamrin |
Bagi pembaca yang ingin berkunjung ke museum ini mudah saja. Kalau dari Stasiun Gambir, bisa naik angkutan umum yang ke arah Terminal Pasar Senen. Dari Terminal Pasar Senen, bisa lanjut naik minibus Mikrolet jurusan Kampung Melayu. Nanti turun di daerah Pasar Kenari. Atau bila ingin naik bus Transjakarta, dari halte Gambir naik yang ke arah Salemba (PGC). Turun di halte Salemba UI. Berjalan kaki lumayan agak jauh ke arah Pasar Kenari. Dari depan Pasar Kenari, ikuti saja petunjuk jalan yang terpampang didepan jalan Kenari dan pembaca bisa lanjut jalan kaki atau naik ojek pangkalan masuk terus ke dalam jalan Kenari Raya hingga ujung jalan. Museumnya terletak di sebelah kanan jalan. Kalau mau langsung ya pesan ojek online. Hehehe.
|
Jalan Kenari 1 yang Sudah Banyak Berubah |
Tiket yang harus dibayar cukup terjangkau. Untuk dewasa (umum) hanya bayar Rp. 5.ooo saja. Mahasiswa Rp. 3.ooo dan pelajar Rp. 2.ooo. Cukup terjangkau kan? Museum ini bisa dibuka dikunjungi pada hari Selasa sampai Ahad, mulai pukul 09.00 hingga pukul 15.00 wib.
|
Tarif dan Jadual Buka Museum MH Thamrin |
Suasana museum dan halamannya cukup hening dan jauh dari suara bising kendaraan, berbeda dengan Museum Nasional di jalan Medan Merdeka yang langsung berhadapan dengan jalan raya. Ketika saya memarkirkan kendaraan didekat pos jaga, udara seketika berubah dari panas terik menjadi teduh. Semilir angin yang meniupkan hawa sejuk lumayan mendinginkan tempat itu. Berjalan menuju gedung museum, kita akan disambut oleh patung bercat emas yang menggambarkan sosok MH Thamrin yang sedang berpose berjalan sambil membawa buku. MH Thamrin merupakan seorang seniman betawi yang terpandang di jamannya. Lahir pada tanggal 16 Februari 1894, MH Thamrin dikenal supel dan oleh kawan akrabnya sering dipanggil Mat Seni.
|
Gedung Museum MH Thamrin Saat Dahulu Masih Digunakan Sebagai Rumah Jagal |
|
Salah Satu Foto Halaman Depan Stasiun Manggarai yang Ditampilkan di Galeri Museum MH Thamrin |
Gedung Museum MH Thamrin pada mulanya adalah sebuah rumah jagal alias rumah pemotongan hewan hingga akhirnya dibeli oleh MH Thamrin dari seorang belanda. Kemudian pada tahun 1928, dihibahkan oleh MH Thamrin sendiri untuk PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Begitu kita masuk ke dalam gedung museum, kita diharuskan untuk mengisi daftar presensi pengunjung. Ketika itu, saya membaca pengunjung terakhir yang datang ke museum ini adalah mahasiswa dan berkunjung setahun yang lalu! Wah! Museum ini berarti termasuk yang sepi pengunjung.
Museum ini sebenarnya terbagi menjadi beberapa ruangan. Ada ruang audio visual yang letaknya paling dalam. Ruangan ini bisa digunakan untuk rapat. Bagi yang ingin menggunakannya bisa menghubungi pengelola gedung. Ruang utama museum terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama merupakan lorong yang akan kita lihat setelah kita mengisi daftar hadir. Di lorong ini mata kita disuguhkan dengan kisah hidup MH Thamrin sejak lahir hingga meninggalnya. Ditunjukkan pula silsilah keluarga MH Thamrin yang ternyata kakek beliau adalah orang Inggris bernama Ort, seorang pemilik hotel di daerah Petojo.
Selain kisah hidup MH Thamrin, di ujung lorong pertama ini kita akan melihat koleksi foto dan poster yang memajang para pahlawan betawi khususnya yang berasal dari daerah Bekasi seperti KH Noer Ali.
Pada lorong bagian kedua, akan kita dapatkan galeri foto peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa perjuangan kemerdekaan yang berkaitan dengan MH Thamrin. Ada juga koleksi berupa bendi, meja pembaringan, dan meja-kursi beserta perabot yang dulu digunakan oleh MH Thamrin. Sementara di ruang tengah (antara lorong pertama dengan lorong kedua) terdapat layar besar yang bisa digunakan untuk menonton ala bioskop.
|
Galeri Foto Bagian 1 di Dalam Museum MH Thamrin |
|
Galeri Foto Bagian 2 di Dalam Museum MH Thamrin |
|
Lorong Bagian 1 |
Sebenarnya ada juga lorong yang ketiga. Tapi di lorong yang ketiga ini barang-barang koleksinya seperti bukan untuk dipamerkan karena di lorong ketiga ini tidak didukung oleh pencahayaan layaknya ruang pamer. Kalau menurut dugaan saya, lorong ketiga ini merupakan lorong menuju pintu keluar saja karena saat disana saya menggunakan lorong ini untuk keluar ruang pamer. Sehingga barang koleksinya seolah terabaikan.
|
Halaman Depan Museum di Foto dari Beranda Museum |
|
Beranda Museum MH Thamrin Menampilkan Khas Betawi-Hindia Belanda |
|
Oleh-Oleh Pemberian Bapak Penjaga Museum |
|
Pasar Kenari yang Menjual Bermacam Ragam Perlengkapan Alat Teknik dan Alat Listrik |
Saat saya keluar dari lorong ketiga, saya pun berpamitan kepada bapak penjaga museum. Tanpa diduga, saat saya berpamitan, si bapak memberikan saya buah tangan berupa buku dan keping vcd mengenai museum dan sejarah kehidupan MH Thamrin! Si bapak mengucapkan terima kasih karena saya sudah mau berkunjung ke museum ini dan buku beserta keping vcd adalah sebagai kenang-kenangan buat saya. Hingga kini, sudah banyak saya berkunjung ke museum di Indonesia tapi baru ke Museum MH Thamrin sajalah saya menerima kenang-kenangan buku dan vcd.
Selama kurang-lebih 1 jam saya berada di dalam Museum MH Thamrin dan setelah saya beranjak pergi meninggalkan museum, belum ada lagi saya lihat pengunjung lain yang mendatanginya. Miris... Mudah-mudahan masih banyak orang yang peduli dan mau berkunjung ke museum.
Cek
ReplyDelete