Dari Rex Peunayong Hingga Terminal Keudah

Agustus tanggal 25 tahun 2014, saya dan teman tiba di Aceh sekitar pukul 16.00 waktu setempat. Baru sekali ini saya menjejakkan kaki di bumi Serambi Mekkah. Tiba melalui bandara internasional Sultan Iskandar Muda memberikan pengalaman baru buat saya. Saya sempat melihat sekeliling yang ternyata bandara ini dikelilingi oleh bukit dan pegunungan. Saya duga pastinya jauh dari pemukiman penduduk. Selain jauh dari pemukiman penduduk, mungkin juga saya dan teman bakal kesulitan menemukan kendaraan yang akan membawa kami ke kantor cabang di Aceh ini.

Tapi alhamdulillah, kami pun langsung carter taksi dari pos pemesanan taksi yang berada persis didepan pintu keluar dari arrival gate bandara dengan tujuan ke hotel Medan dan menghabiskan Rp. 1oo ribu rupiah saudara-saudara!

Seperti yang sebelumnya telah saya ceritakan, saya merasa tidak nyaman sejak tiba dibandara. Begitupun setelah tiba di hotel Medan. Entah kenapa kamar dimana saya dan teman menginap yang saya rasakan adalah rasa lembab. Seolah-olah lantai kamar itu seperti 'tergenang banjir'. Mungkin hanya saya yang merasakan karena teman saya tidak merasa demikian. Oleh karenanya saya pun beranjak keluar dan mengatakan ke teman saya bahwa saya mau keliling untuk 'berkenalan' dengan 'penunggu' daerah. Hehehe.

Pedagang Durian
Pedagang Buah-Buahan di Sepanjang Jalan Ahmad Yani
Keluar dari hotel Medan, mata saya langsung disuguhi oleh pemandangan sore kota dimana tsunami pernah melanda. Bila pembaca masih ingat detil gambar perahu yang terdampar didepan hotel Medan, tentu pembaca dapat mengira-ngira betapa masifnya banjir tsunami itu menyapu jalan-jalan kota ini.

Di seberang dari hotel ini terdapat tempat semacam pujasera yang disini dikenal sebagai Rex Peunayong. Menurut sejarahnya sih daerah Peunayong ini memang sedari dahulu digunakan sebagai kawasan transit atau tempat beristirahat bagi para tamu sebelum bertemu sultan. Peunayong artinya 'yang dipayungi' atau daerah yang dilindungi oleh sultan. Lebih jelas bisa dibaca disini dan disini.
Berkeliling Kota dengan Bermotor
Kreung Aceh, 
Kembali ke cerita saya yang berjalan kaki sore itu melalui jalan Ahmad Yani hingga kawasan terminal Keudah. Di sepanjang jalan Ahmad Yani banyak yang berjualan buah-buahan seperti durian, rambutan, salak dan buah-buahan musiman lainnya. Saya berjalan dan melalui jembatan besar Kreung Aceh. Dari atas jembatan, saya dapat melihat puncak-puncak kubah masjid Baiturrahman dan menara-menaranya.

Banyak penduduk setempat yang menghabiskan sore itu dengan mengendarai kendaraan berkeliling jalanan kota. Karena daerah Peunayong letaknya bersebelahan dengan sungai (kreung) Aceh, maka sore itu pun banyak para nelayan menjajakan hasil tangkapannya. Mereka banyak berderet sepanjang pinggir jalan menggelar ikan dan hasil laut lainnya. Meskipun sepi pembeli, tapi mereka tetap menunggu hingga Maghrib menjelang.
Mengajak Anak Berkeliling Kota
'Gampong' yang Berarti Kampung
Gapura Masuk Terminal Keudah
Kaki saya melangkah hingga tanpa saya kira mencapai kawasan terminal Keudah yang letaknya diseberang sungai. Didalam kawasan terminal ini saya melihat kumpulan-kumpulan orang-orang yang bermain mahjong dan kartu. Tak lupa kopi dan rokok menjadi 'penganan' dan minuman buat mereka yang bermain.

Betor yang Mangkal Sore di Terminal Keudah
Ada yang unik dari terminal Keudah. Banyak sekali jurusan yang terbagi menjadi jalur-jalur didalam terminal. Tapi mungkin karena sudah sore (jam operasional 07.oo - 17.oo), labi-labi (sebutan untuk angkutan umum di Aceh ini) hanya tinggal satu-dua saja yang ada didalam terminal. Justru Betor alias Betjak Motor yang lebih banyak berada ditempat keluar terminal Keudah. Keunikan lainnya adalah tidak adanya polisi! Tidak satupun saya temukan petugas polisi di terminal Keudah.

Para Nelayan Sepulang dari Melaut Langsung Menggelar Hasil Tangkapannya di Pinggir Jalan
Pedagang Makanan Seperti di Jalan-Jalan di Jakarta
Karena suasana makin gelap, saya pun kembali ke hotel Medan. Di waktu (Maghrib) menjelang malam, ternyata sepanjang jalan banyak para penjual makanan. Ada yang menjual jus buah, sate matang, mie aceh, sate padang dan lain-lain. Saya sempat mencoba mie aceh dan sate padangnya sebelum samapai di hotel.

Setelah kembali ke hotel, rasa tidak nyaman masih berjejalan dihati saya meskipun saya tetap berusaha untuk menikmati perjalanan kerja kali ini. Tetap semangat!

Comments

...